Pertama Kalinya Kembar Hasra Mudik ke Kampung Asal Bapaknya

Cerita libur lebaran ku kali ini begitu istimewa dan sangat berkesan. Kali pertama aku dan keluarga kecilku mudik lebaran setelah 2 tahun lamanya tertunda karena pandemi covid. Ya, meskipun mudik kami itu tidak jauh jaraknya. Hanya sekitar 27 km saja, dari Kapanewon (Kecamatan) Sedayu ke Kapanewon Jetis. Masih dalam lingkup Kabupaten Bantul.

Begitu istimewanya, karena lebaran tahun ini sudah ada kembar Hasra (Hasan dan Humaira) hadir menjadi pelengkap keluarga kecilku. Alhamdulillah, diberikan amanah momongan 2 sekaligus. Cowok dan cewek, paket komplit. Usianya 8 bulan, lagi lucu-lucunya mereka ini. Kami memutuskan untuk lebaran hari ke 2 berangkat dari Sedayu ke Jetis menggunakan kendaraan temanku. Singkatnya, karena rencana awal ingin menggunakan aplikasi jasa mobile online, sudah hampir 15 menit tidak direspond (alasan driver tidak ada). Lalu segera aku memutuskan untuk meminta tolong temanku (Adam) yang tinggalnya di Gamping Sleman. So, problem pertama transportasi is clear. Berangkat mudik di hari lebaran ke 2 menggunakan kendaraan temanku, terimakasih ya bro. Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas kebaikanmu. Aamiin...

Dan, ketika sudah sampai di Jetis, tepatnya di rumah Kiringan. Otomatis sudah disambut luar biasa oleh simbok dan bapak plus keluarga di sana. Ada Bude, ada ke dua keponakanku (Danny dan Dina) yang sudah sejak pagi antusias menunggu kedatangan kami. Karena jadwal yang terpaksa molor beberapa jam.

Begitu datang, kembar Hasan dan Humaira auto digendong dan diciumi oleh Simbok dan Bapak. Mereka sudah kangen banget dengan cucu kembarnya, Maklum, sudah beberapa bulan tidak bertemu. Haha. Dan uniknya kembar tidak nangis loh ketika digendong lagi setelah lama tak bertemu.

Singkatnya, ketika paginya di hari yang berbeda. Aku ajak istri dan kembar Hasra untuk jalan-jalan di pinggir sawah. Sambil menikmati udara segar pedesaan, melihat sawah di desa yang luas dan hijau dengan latar gunung di selatan berdiri dengan gagahnya. Ah, seger bener udaranya. Fresh bangettttttt. Sambil jalan-jalan bertemu dengan tetangga, tidak lupa menegur sapa dan menyalaminya. Ah, syahdu sekali rasanya bisa bertemu lagi dengan tetangga yang sudah lama tidak bertemu. Sambil bercerita ringan sambil menggendong kembar, kembali mengenang cerita bersama masa-masa berjuang di kampung Kiringan.
Pertama kali Kembar Hasra Mudik ke Kiringan Jetis
Jalan jalan pagi di area sawah barat Kiringan

Sambil berjalan-jalan, bercerita kepada istri tentang masa kecilku di tanah Kiringan. Tempat ku dilahirkan dan dibesarkan. Tempat belajar mengenal teman seperjuangan. Berbakti mengabdi kepada masyarakat kampung Kiringan tanpa pamrih. Semua, memori itu kembali terbuka dengan sendirinya. Kenangan indah di tanah kelahiran sungguh tak akan pernah lupa, karena sudah menjadi bagian dari perjalanan hidupku.

Cuma sekarang bedanya, dahulu kami masih sendiri belum berkeluarga. Sekarang, kami datang di sini membawa keluarga kecil masing-masing.

Kemana pun kamu pulang, aku berharap kamu di sekitar teman-teman dan keluarga.
Karena tanpa mereka, kamu cuman sekadar lokasi.

~Agung Hapsah

Ada momentum indah dan berkesan mudik lebaran kemaren, waktu itu selepas sholat isyak. Tiba-tiba listrik padam total. Auto keadaan menjadi serba gelap. Karena tidak kunjung nyala lampunya, otomatis sementara memakai lilin dan 'teplok (penerang buatan sendiri dari kaleng/bekas botol kratingdaeng) ditambah senter dari hp.

Kembar Hasan dan Humaira posisi sudah tidur. Diletakkan di atas kasur di ruang tamu. Karpet dan tikar digelar dijadikan satu biar muat banyak untuk rebahan. Di sebelah barat ada kembar Hasra sedang tidur. Didampingi aku dan istri menjaga agar tidurnya aman tidak jatuh alias 'glundung. Posisi kembar berada di sebelah kiri ku. Kemudian sebelah kanan ada 2 keponakan yakni Danny dan Dina. Danny sudah tidur karena seharian bermain dan bantu-bantu menjaga kembar. Lalu, Dina masih terjaga dan mengobrol renyah denganku seputar sekolah taman kanak-kanaknya.
Pertama kali Kembar Hasra Mudik ke Kiringan Jetis
Mas Danny dan Mbak Dina

Sementara Simbok, Bapak dan Bude duduk di kursi tamu sambil bercerita asyik sinetron yang lagi ngehits, yang mematikan karakter utamanya. Jleb! Sesekali aku dan istri menimpalinya. Obrolan di ruang tamu saat listrik mati itulah menjadi pengobat mudik tahun ini. Suasananya happy banget, ya meskipun masih ada yang kurang om Dodo dan keluarganya. Sepertinya tahun besok semoga personilnya bertambah dari jalur om Dodo. Aamiin...

Syahdu sekali suasananya, hening, damai sekali rasanya. Ditambah melihat anak-anak dan keponakan sudah tertidur pulas diterangi 'teplok, lilin dan senter handphone. Ah, betapa damai dan bersyukurnya aku bisa merasakan suasana mudik yang seperi ini, sederhana namun sangat bermakna, terimakasih ya Allah atas segala nikmat Mu yang sungguh membahagiakan ini. Ternyata orang di bela-belain pulang kampung, melewati jarak ratusan kilometer bahkan rela mengantri di jalan tol berjam-jam, hanya ini bisa merasakan suasana seperti di atas misalnya. Mengobrol asyik dengan orang tua dan kerabat terdekat. Sambil melepas lelah setelah 11 bulan bekerja bagaikan kuda. Lupakan handphone mu dan mulailah mengobrol dengan keluargamu di sana. Kapan lagi kita bisa mengulang memori waktu kecil, bercerita betapa nakalnya kita waktu kecil. Bercerita bagaimana dahulunya bapakmu ini sering dipukuli Simbok karena rodo 'ngeyel

Cerita itu jauh lebih baik dan menyenangkan, daripada cerita investasi bodong yang dilakukan sekumpulan anak muda yang ngaku Crazy Rich, gak percaya? Silakan coba aja sendiri!

Pertama kali Kembar Hasra Mudik ke Kiringan Jetis
Hasan dan Humaira mode Jogja Gelap

---
Kiringan, 3 Mei 2022
Dwi Pracaya
Dwi Pracaya Seorang karyawan swasta yang menyukai dunia tulis-menulis dan fotografi di Jogjakarta Menggunakan nama pena ~ Dipa, Happy Blogging :)

Posting Komentar untuk "Pertama Kalinya Kembar Hasra Mudik ke Kampung Asal Bapaknya"