Perjuangan Mendapatkan 2 Garis Merah

Kami menikah pada tanggal 14 Maret 2020. Momentum itu sangatlah mudah untuk diingat, karena pada tanggal tersebut masih bisa menggelar kegiatan yang melibatkan banyak orang. Belum ada larangan menggelar kegiatan agar virus covid 19 tidak menyebar. Baru setelah tanggal itu, muncullah larangan demi larangan seperti yang banyak terjadi di media massa. Alhamdulillah, waktu acara pernikahan kami lancar dan sukses dengan keadaan normal.

Biasa setelah menikah tentu ada planning untuk mendapatkan momongan. Kami sudah mengobrol dan sepakat jika mempunyai komitmen bersama untuk jalani saja dulu, sambil mengalir seperti air mengalir dan tidak tergesa-gesa. Tanpa ada tekanan dan masalah.

Minggu demi minggu, bulan demi bulan berjalan mengiringi maghligai pernikahan kami. Hingga ketika masuk bulan Oktober 2020 kami memutuskan untuk fokus memiliki momongan. Jadi sebelumnya itu kami berpikir ya sudah, kalau misal belum dikasih ya besok coba lagi. Seperti tidak ada beban, terus mikirnya kami juga selama perkenalan diawal sebelum nikah tidak pacaran. Jadi biarkan kami lebih santai dan menikmati pernikahan dengan leluasa. Namun, setelah memasuki usia 9 bulan dari pernikahan kami berubah pikiran untuk mulai fokus memiliki momongan.

Diawali dengan bertanya kepada teman kerja, teman organisasi bahkan mencari tips dimedia internet. Karena saking pinginnya memiliki keturunan pernah mengkonsumsi kurma ruthob (kurma mentah), minum air rebusan buah zuriat. Kami mencoba dulu cara-cara menggunakan herbal. Sebelum memutuskan untuk konsultasi dokter kandungan.

Ada cerita yang menggelikan ketika awal mengkonsumsi buah zuriat. Berbekal informasi dari media internet, bahwa memang buah ini berkhasiat membantu dalam ikhtiar memiliki momongan. Banyak yang sudah membuktikan, bisa dilihat dari banyaknya testimoni para pemakai yang sudah sukses.

Drama yang pertama, ketika awal merebus buah zuriat sebanyak 3 buah. Sengaja kami memilih bilangan ganjil 3 sesuai saran dari penjual. Karena waktu itu masih pagi, sebelum berangkat kerja istri merebusnya dalam sebuah panci. Dan apa yang terjadi, api di kompor cukup besar dan waktu pagi adalah waktu yang sering dicampur bersama dengan aktifitas lainnya. Air rebusan yang seharusnya diminum lebih kurang 2 gelas kecil, hasil akhir hanya bisa terkumpul 1 gelas saja. Dan itu tidak penuh. Haha, drama pertama merebus air rebusan buah dzuriat adalah gosong lupa mematikan kompor.

Lalu drama yang kedua, ketika merebus air buah zuriat. Baru beberapa menit berjalan, tiba-tiba api kompor mati. Penyebabnya adalah gas nya habis. Otomatis, proses perebusan ditunda nanti sepulang kerja. Menambah daftar pekerjaan rumah :)

Terakhir adalah ketika ada musibah dalam keluarga di Sedayu. Waktu itu pas apesnya ada anggota keluarga yang positif covid 19. Sehingga kami sementara waktu harus dipisah dan melakukan isolasi mandiri. Saya tinggal di rumah bapak mertua yang di Watu, sementara istri di rumah yang baru di Sengon Karang. Otomatis tidak bisa lanjut dalam mengkonsumsi air rebusan buah zuriat. Karena pikiran sudah tidak fokus dan tidak bisa semeleh. Kemudian setelah sudah sembuh kami tidak melanjutkannya. Masih sisa 3 buah zuriat, kami mengobrol bareng, dan memutuskan untuk konsultasi ke dokter kandungan. Yes, melalui hasil medis insyaAllah nanti kami akan mengetahui semuanya.

***

Awal bulan Januari 2021 kami sepakat untuk konsultasi dokter kandungan. Memilih RSU PKU Muhammadiyah Gamping Sleman Yogyakarta. Karena selain rekam medis istri ada di sana, juga lebih dekat aksesnya dari Sedayu, tempat kami tinggal.

Browsing dulu mau konsultasi dengan dokter siapa? Waktu itu saya usul kalau bisa cari dokter yang perempuan saja. Saya lebih nyaman saja itulah alasannya, dan istri mengiyakan.

Akhirnya mulailah konsultasi dan periksa kepada dr. Supriyatiningsih, M.Kes., Sp.OG. Mulailah konsultasi dan menceritakan proses apa saja yang kami lalui bersama. Waktu mengobrol itu dokter pernah bilang,

"Baru sekitar 10 bulan saja bingung Pak?"

"Iya e dok, ini keburu udah pingin gendong anak, "jawabku mantab sambil senyum.


Lalu dokter bilang kalau sel telur istri itu baik normal. Hanya saja jumlahnya banyak dan kecil plus ada sedikit cairan di ovarium sebelah kiri. Solusinya dikasih obat penyubur kandungan dan membersihkan cairan tadi.

Setelah lebih kurang sepekan, datang lagi untuk kontrol dan periksa. Setelah dicek, alhamdulillah ada perkembangan baik. Sel telur istri sudah membesar dan siap untuk dibuahi sel jantan.

Ditengah perjalanan konsultasi, dr. Supriyatiningsih, M.Kes., Sp.OG pergi ke luar negeri untuk melanjutkan studinya. Digantikan dengan dr. Alfaina Wahyuni, Sp.OG., M.Kes. Dan tidak menyangka juga ternyata ke dua dokter ini adalah dosen istri ketika kuliah di Unisa Yogyakarta. Haha malah bisa reunian lagi )

Lalu mulailah melakukan instruksi yang dokter sampaikan. Misal dengan melakukan hubungan di waktu yang sudah ditentukan dan dihari ketika masa subur istri. Kami menjalaninya dengan penuh harap dan semangat. Lebih kurang selama sepekan.

Setelah sepekan itu, istri inisiatif melakukan tes kehamilan memakai test pack. Waktu itu di alat tersebut sudah muncul 2 garis merah. Namun 1 garis warnanya terang, satunya lagi warnanya sedikit memudar alias samar-samar. Alhamdulillah, kami, senangnya bukan main. Akhirnya perjuangan ini memberikan hasil yang luar biasa. Campur aduk, antara, senang karena indikasi istri positif hamil dan ragu istri belum hamil karena warna yang memudar itu. Segera atur jadwal kemudian kontrol lagi ke RSU PKU Muhammadiyah Gamping.

Perjuangan Mendapatkan 2 Garis Merah
Dok.probadi

Tibalah waktunya untuk memeriksakan hasil yang sudah kami lakukan sebelumnya. Masuk ruang konsultasi dan periksa Poli Kebidanan RSU PKU Muhammadiyah Gamping. Lalu di cek semuanya, hingga ada kesimpulan bahwa:

"Selamat ya, istri bapak hamil. Kalau ini namanya bukan program hamil, karena baru beberapa pekan sudah hamil. Sekali lagi selamat ya, " ujar dokter tersebut sambil bergurau.

Alhamdulillah mak nyess mendengar perkataan dari dokter mantan dosen istri tadi. Rasanya haru campur bahagia. Akhirnya atas izin Allah ta'ala istri hamil, dan sebentar lagi saya akan menyandang predikat bapak yang selama ini kami idam-idamkan.


"Laa haula wa laa quwwata illa billah"

Tidak ada daya dan kekuatan selain kekuatan Allah ta'ala

__
Sedayu, Februari 2021
Dwi Pracaya
Dwi Pracaya Seorang karyawan swasta yang menyukai dunia tulis-menulis dan fotografi di Jogjakarta Menggunakan nama pena ~ Dipa, Happy Blogging :)

2 komentar untuk "Perjuangan Mendapatkan 2 Garis Merah"