Perjuangan Kembar Hasra dan Orangtua Selama di Ruang Inkubator

Setelah proses lahirnya kembar Hasra, kedua bayi tidak langsung dibawa ke ruangan bangsal. Namun, harus berada di inkubator ruangan khusus bayi. Mengingat karena usia kembar Hasra lahir itu baru 8 bulan lebih beberapa minggu. Lalu dari segi berat badan masih tergolong kecil. Bisa dibilang bayi kembar ini prematur (tapi jujur saya tidak senang dengan istilah ini) biasa kalau ditanya orang, saya jawab iya bayinya berat badannya dibawah normal alias kecil dah gitu saja.

Perawat sempat bilang kalau kembar Hasra ini ibarat sakit sedang butuh pertolongan yang intensif. Untuk itu fungsi inkubator dan peralatan medis lainnya memantau perkembangan organ tubuh kembar Hasra. Semuanya dipantau dari jantung, mata, pencernaan, paru-paru dan sebagainya.

Saya lebih senang seperti itu, dirawat dulu di inkubator ruangan bayi. Mengapa? Karena biar kembar Hasra itu digembleng dan dilatih fisiknya biar kuat dan sehat. Wajar, karena problem awal adalah lahir belum waktunya (HPL). So, organ tubuhnya kurang berfungsi secara normal. Biar semuanya dicek dulu, besok pasti ketika sudah baik semuanya diijinkan pulang. Pasti itu, saya sering meyakinkan istri seperti itu. Daripada ketika kita memaksa untuk membawa pulang kembar Hasra, namun malah di rumah terjadi hal-hal yang tidak diinginkan kan jadi tambah repot.

Pesanku, cuma sabar sabar dan sabar. Kangennya untuk adik kembar disimpan lebih dahulu. Besok pasti boleh dibawa pulang.

Setiap hari saya dan istri pergi ke RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Antar istri untuk memberikan asi eksklusif. Sudah sejak awal saya niatkan untuk mendampingi istri dari proses lahiran sampai besok kembar pulang. Biasa berangkat pagi jam 08.00 WIB dan pulangnya rata-rata jam 20.00 WIB. Setiap hari seperti itu, rutinitas kami berjuang demi kembar Hasra.

Persiapannya, membawa bekal dari rumah. Makan, dan peralatan pribadi. Di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta disediakan ruangan khusus TPI (Tempat Penitipan Ibu) yakni tempat atau ruangan yang memang disediakan untuk ibu dari bayi yang rumahnya jauh. Sehingga bisa istirahat bahkan menginap di rumah sakit. Agar ketika bayi butuh asi eksklusif sang ibu bisa langsung memberikannya tanpa repot.

Kami pernah merasakan juga menginap di ruangan ini. Karena pada, waktu itu kembar Hasra baru butuh asi eksklusif. Dan perawat jaga menyarankan agar istri menginap saja. Karena biar lebih efektif dan cepat ketika diperlukan. Ohya, biasanya ketika istri ke ruangan bayi untuk memberikan asi, sekitar 1 jam an. Setelah itu pergi turun ke lantai 1 ke ruangan TPI untuk memerah asinya sebagai stock. Kami, sudah menyediakan plastik khusus untuk menampung asinya. Seperti itu setiap hari, rutinitas yang dilakukan istriku.

Kadang ketika istri capek, tidur di ruangan TPI dan saya menunggunya di dalam ruangan. Sambil menemani biar tidak merasa kesepian. Kami juga pernah menginap merasakan ruangan ini satu hari. Dan itu cukup, karena kami pikir jauh lebih efektif ketika setiap hari pulang. Maklum lah, tidur di rumah jauh lebih nyaman daripada tidur dirumah sakit.

Perjuangan Kembar Hasra dan Orangtua Selama di Ruang Inkubator
Detik detik menunggu pulangnya kembar Hasra

Ketika istri berada di ruangan bayi, saya biasa cari makan di luar. Mau menu angkringan ada, ada Warmindo di sebelah barat rumah sakit. Sampai-sampai yang jual hapal dengan saya. Karena, sering beli makanan dan minuman di situ. Selalu ada minuman kopi Goodday atau kopi hitam adalah menu wajib biar tidak mengantuk.

Pulang pergi dari Sedayu -- Yogyakarta adalah rutinitasku bersama istri. Kami jalani dengan penuh harapan dan kesabaran agar kembar Hasra segera pulang. Sudah kangen pokoknya, melihat kembar pulang ke rumah.

Hingga, pada tanggal 17 September 2021 diinfo perawat kalau bayinya sudah membaik. Bisa dibawa pulang dan bisa dilanjutkan perawatannya sendiri dirumah.

Alhamdulillah ya Allah, akhirnya engkau mengabulkan do'a kami. Engkau Maha Tahu dan Engkau Maha Baik. Sekali lagi terimakasih ya Allah.

Dan foto di bawah ini adalah momentum ketika sepulang dari rumah sakit H-1 kembar Hasra boleh pulang. Kami berdua jajan membeli batagor dan siomay yang ada di pinggir jalan. Sambil bercerita melepas lelah dan penat, selama berjuang di rumah sakit. Dan tampak kan wajah-wajah capek plus kelaparan, haha :)

Perjuangan Kembar Hasra dan Orangtua Selama di Ruang Inkubator
Foto kenangan terakhir pulang dari rumah sakit

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:

يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اسْتَعِيْنُوْا بِا لصَّبْرِ وَا لصَّلٰوةِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ مَعَ الصّٰبِرِيْنَ

yaaa ayyuhallaziina aamanusta'iinuu bish-shobri wash-sholaah, innalloha ma'ash-shoobiriin

"Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar."

(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 153)
_
Sedayu, September 2021
Dwi Pracaya
Dwi Pracaya Seorang karyawan swasta yang menyukai dunia tulis-menulis dan fotografi di Jogjakarta Menggunakan nama pena ~ Dipa, Happy Blogging :)

Posting Komentar untuk "Perjuangan Kembar Hasra dan Orangtua Selama di Ruang Inkubator"